... INDAHNYA LIKA-LIKU KEHIDUPAN KU...
Ani
terlahir dari keluarga yang sederhana namun berkecukupan. Dia adalah seorang
anak semata wayang di keluarganya. Meskipun begitu Ani tidak pernah di biasakan
oleh keluarganya dengan hidup manja. Sejak kecil Ani sudah terbiasa hidup di
asuh dengan orang lain, hal ini dikarenakan orang tua Ani sibuk mencari nafkah
untuk membesarkan Ani agar guna suatu hari Ani dapat menjadi anak yang berguna
bagi masyarakat dan bangsa. Dari kebiasaan itu, Ani saat ini sudah terbiasa
hidup mandiri, bertanggungjawab, berbakti kepada orang tua dan peka terhadap
kondisi lingkungan di sekitar. Terkadang dia juga merasakan betapa rindunya
kehangatan kebersamaan waktu dengan keluarga yang utuh. Sejak kecil bahkan
sejak seusia balita Ani sudah diasuh oleh neneknya. Lalu kemudian saat duduk di
bangku sekolah dasar Ani di asuh oleh tantenya di Jakarta, padahal saat itu
orang tua Ani berada di Surabaya. Dan hal itu terjadi selama empat tahun
lamanya. Sosok Ani yang kecil dan masih polos harus terbiasa hidup keras dan
disiplin serta mandiri dengan orang lain. Selama disana Ani hanya dua kali
dalam setahun di jenguk oleh ayahnya dan ibunya hanya sekali dalam setahun itu
juga saat libur kenaikan kelas saja. Bisa dibayangkan betapa harus tegarnya sosok
Ani saat itu dalam kondisi seperti ini. Bila ingin jujur, rasa ketidak nyamanan
keadaan di saat itu selalu mengganggu perasaan Ani setiap harinya, sebab Ani
sebelumnya tidak begitu dekat bahkan akrab dengan keluarga tantenya ini bahkan
Ani belum pernah bertemu sebelumnya. Dan ini lah yang membuat jiwa dan perasaan
Ani merasa tertekan karena merasa tidak nyaman dengan lingkungan keluarga yang
baru. Yang menjadi alasan utama ayah Ani menitipkan tanggungjawab untuk
mengurus Ani adalah masalah ekonomi. Disaat itu memang kondisi perekonomian
keluarga Ani sedang tidak stabil dan itulah sebabnya Ani harus belajar mandiri
dengan hidup bersama orang lain. Terkadang Ani merasa rindu sekali dengan ayah
dan ibunya, ingin sekali rasanya diajak pergi bermain dan tidur ditemani
seperti layaknya kehidupan anak-anak yang lainnya. Namun Ani segera tersadar
bahwa ia tidak akan mudah merubah nasibnya sesuai dengan keinginannya. Disaat
Ani sedang merasa bosan dengan rutinitasnya dan rasa rindu yang begitu dalam
dengan ibunya, ia selalu duduk termenung diatas loteng rumah tantenya sambil
menatap langit yang indah. Didalam hatinya selalu berharap ”Kapankah ibu akan
segera datang menyusulku dan membawa ku pulang kembali bersamanya Tuhan ? jujur
aku sudah sangat rindu pelukannya yang hanta. Sampai kapan aku harus disini dan
jauh dari keluarga yang selalu menyayangiku”.
Dan
akhirnya empat tahun berselang, ayah Ani datang untuk menjemputnya. Betapa
bahagianya perasaannya saat itu. Lalu kehidupan Ani kembali seperti harapannya
selama ini.
Ani kecil kini telah beranjak remaja, ia duduk di bangku
sekolah menengah pertama di kota Sidoarjo yang terkenal dengan sebutan kota
udang itu. Ia bersekolah bernafaskan islami. Dan inilah yang merubah kebiasaan
serta perilaku Ani menjadi lebih baik lagi baik dalam keseharian maupun tingkat
keimanannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Lambat laun Ani yang telah beranjak
remaja kini sudah belajar berhijab baik di sekolah karena tuntutan peraturan
tata tertib maupun dalam kesehariannya. Meskipun dalam kesehariannya Ani yang
masih labil dengan mengenakan hijabnya, namun ia selalu berusaha untuk terus
belajar menutup auratnya dengan selalu berusaha membiasakan diri berhijab
kemana pun ia pergi. Menurut Ani seorang
wanita muslimah yang baru belajar mengenakan hijab adalah hal tersulit dalam perubahan
hidupnya. Mengapa ? sebab Ani merasa begitu banyak tantangan yang ia hadapi
dalam perubahan dirinya ini. Contohnya saja keluarga Ani sendiri menolak
perubahan itu dan berkata ”Untuk apa kamu mengenakan hijab dalam sehari-hari
jika tidak dilingkungan sekolah saja ? Apa kamu tidak takut ketinggalan zaman
anak remaja jika berhijab seperti ini ? Coba kamu pikir-pikir lagi” kata salah
seorang keluarganya. Sejak saat itu Ani merasa dilema untuk merubah dirinya
dengan hijabnya itu. Siang hari di dalam kelas seorang guru agama mengatakan
salah satu ayat Allah SWT dalam al-qur’an yang menerangkan bahwa, sudah
diwajibkan seorang muslimah untuk menutup auratnya dari ujung rambut hingga
ujung kaki dan hanya wajah serta telapak tangan saja yang boleh terlihat. Dan
barang siapa yang menutup auratnya maka Allah SWT akan melindunginya dari api
neraka serta akan meringankan beban dosa ayahnya sebagai penanggungjawab atas
perilaku anak dan keluarganya di ahirat kelak. Dari penegasan ayat itu, Ani
semakin memantapkan dirinya untuk mengenakan hijab dimana pun, kapanpun dan
dengan siapapun ia pergi. Selang beberapa tahun kemudian, ia kini semakin
percaya diri dengan hijabnya. Bahkan jika ia pergi sebentar saja dari rumahnya
tanpa behijab, ia merasa ada sesuatu yang kurang dalam dirinya.
Dan Ani tumbuh semakin menjadi dewasa. Ia menjadi seorang
mahasiswi. Saat ini ia tengah melanjutkan studinya di perguruan tinggi Universitas Negeri Surabaya dan mengampuh S1
pendidikan administrasi perkantoran sejak 2013 lalu. Selama di perguruan tinggi
inilah ia mendapatkan
banyak pengalaman baru mulai dari
belajar adaptasi dengan teman-teman yang memiliki karakter berbeda hingga unik
namun selalu membuat rindu akan tawa riang mereka. Belajar memahami keadaan
kampus yang serba mandiri tidak seperti semasa di SMA dulu yang senang
bersantai-santai bahkan menganggap sepele tugas dari guru. Tapi kini sudah jauh
berbeda kehidupan antara seorang pelajar dengan seorang mahasiswa, seakan-akan
semua permasalahan dan tanggungjawab benar-benar harus dihadapi seorang diri
jika ingin berhasil dan sukses baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun
pendidikan. Sudah sewajarnya seorang mahasiswa kini harus berani melakukan hal
baru namun positif seperti berani berkarya, bekerja ikut orang lain agar
memiliki mental saat bekerja setelah lulus kuliah. Tapi jujur saja, semakin
lama menjalani kuliah rasa malas untuk masuk kuliah kerap sekali dirasakan oleh
Ani. Sempat beberapa semester Ani merasa terpuruk untuk melanjutkan kuliahnya
karena ada beberapa faktor baik internal maupun eksternal, namun Ani berfikir
dan berprinsip bahwa jika sekarang saja di masa mudanya sudah merasa bosan
untuk belajar dan berjuang untuk masa depannya bagaimana bisa di masa depan Ani
dapat merasakan indahnya kesuksesan dalam berkarir di masa muda. Semenjak itu
pun Ani mulai bangkit dan menata kembali masa depannya dengan penuh semangat
dan tidak mudah pantang menyerah walaupun selalu ada saja hambatan dan
rintangan dalam mengarungi perjalanan hidup ini.