Sabtu, 21 Februari 2015

Metamorfosa Kehidupan...

... INDAHNYA LIKA-LIKU KEHIDUPAN KU...

Ani terlahir dari keluarga yang sederhana namun berkecukupan. Dia adalah seorang anak semata wayang di keluarganya. Meskipun begitu Ani tidak pernah di biasakan oleh keluarganya dengan hidup manja. Sejak kecil Ani sudah terbiasa hidup di asuh dengan orang lain, hal ini dikarenakan orang tua Ani sibuk mencari nafkah untuk membesarkan Ani agar guna suatu hari Ani dapat menjadi anak yang berguna bagi masyarakat dan bangsa. Dari kebiasaan itu, Ani saat ini sudah terbiasa hidup mandiri, bertanggungjawab, berbakti kepada orang tua dan peka terhadap kondisi lingkungan di sekitar. Terkadang dia juga merasakan betapa rindunya kehangatan kebersamaan waktu dengan keluarga yang utuh. Sejak kecil bahkan sejak seusia balita Ani sudah diasuh oleh neneknya. Lalu kemudian saat duduk di bangku sekolah dasar Ani di asuh oleh tantenya di Jakarta, padahal saat itu orang tua Ani berada di Surabaya. Dan hal itu terjadi selama empat tahun lamanya. Sosok Ani yang kecil dan masih polos harus terbiasa hidup keras dan disiplin serta mandiri dengan orang lain. Selama disana Ani hanya dua kali dalam setahun di jenguk oleh ayahnya dan ibunya hanya sekali dalam setahun itu juga saat libur kenaikan kelas saja. Bisa dibayangkan betapa harus tegarnya sosok Ani saat itu dalam kondisi seperti ini. Bila ingin jujur, rasa ketidak nyamanan keadaan di saat itu selalu mengganggu perasaan Ani setiap harinya, sebab Ani sebelumnya tidak begitu dekat bahkan akrab dengan keluarga tantenya ini bahkan Ani belum pernah bertemu sebelumnya. Dan ini lah yang membuat jiwa dan perasaan Ani merasa tertekan karena merasa tidak nyaman dengan lingkungan keluarga yang baru. Yang menjadi alasan utama ayah Ani menitipkan tanggungjawab untuk mengurus Ani adalah masalah ekonomi. Disaat itu memang kondisi perekonomian keluarga Ani sedang tidak stabil dan itulah sebabnya Ani harus belajar mandiri dengan hidup bersama orang lain. Terkadang Ani merasa rindu sekali dengan ayah dan ibunya, ingin sekali rasanya diajak pergi bermain dan tidur ditemani seperti layaknya kehidupan anak-anak yang lainnya. Namun Ani segera tersadar bahwa ia tidak akan mudah merubah nasibnya sesuai dengan keinginannya. Disaat Ani sedang merasa bosan dengan rutinitasnya dan rasa rindu yang begitu dalam dengan ibunya, ia selalu duduk termenung diatas loteng rumah tantenya sambil menatap langit yang indah. Didalam hatinya selalu berharap ”Kapankah ibu akan segera datang menyusulku dan membawa ku pulang kembali bersamanya Tuhan ? jujur aku sudah sangat rindu pelukannya yang hanta. Sampai kapan aku harus disini dan jauh dari keluarga yang selalu menyayangiku”.  
Dan akhirnya empat tahun berselang, ayah Ani datang untuk menjemputnya. Betapa bahagianya perasaannya saat itu. Lalu kehidupan Ani kembali seperti harapannya selama ini.
            Ani kecil kini telah beranjak remaja, ia duduk di bangku sekolah menengah pertama di kota Sidoarjo yang terkenal dengan sebutan kota udang itu. Ia bersekolah bernafaskan islami. Dan inilah yang merubah kebiasaan serta perilaku Ani menjadi lebih baik lagi baik dalam keseharian maupun tingkat keimanannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Lambat laun Ani yang telah beranjak remaja kini sudah belajar berhijab baik di sekolah karena tuntutan peraturan tata tertib maupun dalam kesehariannya. Meskipun dalam kesehariannya Ani yang masih labil dengan mengenakan hijabnya, namun ia selalu berusaha untuk terus belajar menutup auratnya dengan selalu berusaha membiasakan diri berhijab kemana pun ia pergi. Menurut  Ani seorang wanita muslimah yang baru belajar mengenakan hijab adalah hal tersulit dalam perubahan hidupnya. Mengapa ? sebab Ani merasa begitu banyak tantangan yang ia hadapi dalam perubahan dirinya ini. Contohnya saja keluarga Ani sendiri menolak perubahan itu dan berkata ”Untuk apa kamu mengenakan hijab dalam sehari-hari jika tidak dilingkungan sekolah saja ? Apa kamu tidak takut ketinggalan zaman anak remaja jika berhijab seperti ini ? Coba kamu pikir-pikir lagi” kata salah seorang keluarganya. Sejak saat itu Ani merasa dilema untuk merubah dirinya dengan hijabnya itu. Siang hari di dalam kelas seorang guru agama mengatakan salah satu ayat Allah SWT dalam al-qur’an yang menerangkan bahwa, sudah diwajibkan seorang muslimah untuk menutup auratnya dari ujung rambut hingga ujung kaki dan hanya wajah serta telapak tangan saja yang boleh terlihat. Dan barang siapa yang menutup auratnya maka Allah SWT akan melindunginya dari api neraka serta akan meringankan beban dosa ayahnya sebagai penanggungjawab atas perilaku anak dan keluarganya di ahirat kelak. Dari penegasan ayat itu, Ani semakin memantapkan dirinya untuk mengenakan hijab dimana pun, kapanpun dan dengan siapapun ia pergi. Selang beberapa tahun kemudian, ia kini semakin percaya diri dengan hijabnya. Bahkan jika ia pergi sebentar saja dari rumahnya tanpa behijab, ia merasa ada sesuatu yang kurang dalam dirinya.

            Dan Ani tumbuh semakin menjadi dewasa. Ia menjadi seorang mahasiswi. Saat ini ia tengah melanjutkan studinya di perguruan tinggi  Universitas Negeri Surabaya dan mengampuh S1 pendidikan administrasi perkantoran sejak 2013 lalu. Selama di perguruan tinggi inilah ia mendapatkan banyak pengalaman baru  mulai dari belajar adaptasi dengan teman-teman yang memiliki karakter berbeda hingga unik namun selalu membuat rindu akan tawa riang mereka. Belajar memahami keadaan kampus yang serba mandiri tidak seperti semasa di SMA dulu yang senang bersantai-santai bahkan menganggap sepele tugas dari guru. Tapi kini sudah jauh berbeda kehidupan antara seorang pelajar dengan seorang mahasiswa, seakan-akan semua permasalahan dan tanggungjawab benar-benar harus dihadapi seorang diri jika ingin berhasil dan sukses baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun pendidikan. Sudah sewajarnya seorang mahasiswa kini harus berani melakukan hal baru namun positif seperti berani berkarya, bekerja ikut orang lain agar memiliki mental saat bekerja setelah lulus kuliah. Tapi jujur saja, semakin lama menjalani kuliah rasa malas untuk masuk kuliah kerap sekali dirasakan oleh Ani. Sempat beberapa semester Ani merasa terpuruk untuk melanjutkan kuliahnya karena ada beberapa faktor baik internal maupun eksternal, namun Ani berfikir dan berprinsip bahwa jika sekarang saja di masa mudanya sudah merasa bosan untuk belajar dan berjuang untuk masa depannya bagaimana bisa di masa depan Ani dapat merasakan indahnya kesuksesan dalam berkarir di masa muda. Semenjak itu pun Ani mulai bangkit dan menata kembali masa depannya dengan penuh semangat dan tidak mudah pantang menyerah walaupun selalu ada saja hambatan dan rintangan dalam mengarungi perjalanan hidup ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar